25 Film Terbaik Sepanjang 2013

Sunday, April 20, 2014


Tahun 2013 telah berakhir, dan rupanya mampu menjadi tahun penuh kebaikan bagi industri perfilman. Meski minim film superhero yang meledak di tahun-tahun sebelumnya, 2013 tetap dipenuhi film blockbuster penuh aksi, sekuel yang membawa banyak kisah gembira, komedi pengocok perut, horor yang kembali pada hakikatnya, biopik-biopik megah, drama-drama kompleks nan menyentuh, hingga thriller yang tak pernah kehabisan akal untuk memacu adrenalin. Dan, dari banyaknya film yang rilis tahun lalu, saya telah merangkum l 25 film terbaik dari yang terbaik


Namun, sebelum memasuki 25 film terbaik 2013 lalu, inilah film-film terbaik lain yang dengan sangat terpaksa, harus saya 'buang', in random order. AdaFrozen, animasi musikal dari Disney yang mampu menggebrak naratif dongeng tentang kekuatan cinta sejati, Saving Mr. Banks, di mana Walt Disney dan P. L. Travers tampil dalam 1 frame dengan Emma Thompson yang sempurna, komedi penuh petualangan menyenangkan yang dikemas dalam akhir dari trilogi Cornetto The World's End, drama southern Mud yang penuh kejujuran dan cast bertalenta, serta The Place Beyond the Pines, sebuah drama 'estafet' memukau yang mengungkap kisah masa lalu.

And, here they are!
#25. The Hobbit: The Desolation of Smaug | Directed by Peter Jackson | Written by Fran Walsh, Philippa Boyens, Peter Jackson, and Guillermo del Toro
Mengadaptasi sebuah novel menjadi 3 film mungkin bisa dibilang hanyalah langkah untuk menggeruk dollar sebanyak-banyaknya. Memang benar, namun tak ada yang mampu menutup pesona sekuel kedua dari prekuel saga The Lord of the Rings ini. Di samping durasinya yang kelewat panjang dan beberapa keputusannya untuk berlama-lama pada bagian tertentu, Peter Jackson has done his job very well. Strategi 'menyembunyikan' sang naga untuk durasi yang sangat lama jelas berhasil, terlebih dengan karisma Benedict Cumberbatch yang bahkan tak tertutupi meski telah berubah wujud menjadi seekor naga tamak. Dengan aksi yang lebih membabi buta dan menyenangkan ketimbang The Unexpected Journey, Peter Jackson mampu membuat penonton melewati 161 menit tanpa benar-benar merasakan bahwa mereka sebenarnya telah menghabiskan waktu selama itu.

#24. The Conjuring | Directed by James Wan | Written by Chad Heayed and Carey
Secara cerita, The Conjuring memang tak menghadirkan jalan cerita horor modern yang out-of-the-box, sebaliknya, lewat kisahnya, ia mencoba menghidupkan kembali sentuhan-sentuhan horor klasik, dan itu berhasil! Dengan pengarahan yang mampu menyesaki ruangan dengan aroma mistis, James Wan mengarahkan penonton ke sebuah perjalanan mengerikan dan mencekam yang dibangunnya secara solid tiap waktu berlalu dengan menawarkan teror-teror kreatif dan efektif. Dengan denyutan old-school-nya yang mengalir deras, The Conjuring bukanlah hanya homage horor 1970'an untuk bernostalgia ria, tapi juga sebuah karya horor sejati sesak kengerian yang mampu melaksanakan tugas utamanya dengan sangat baik: meneror sekaligus menghibur penonton. 

#23. Rush | Directed by Ron Howard | Written by Peter Morgan
Rush hidup berkat rivalitas antara James Hunt (Chris Hemsworth) dengan Niki Lauda (Daniel Bruhl) yang dibangun Ron Howard dengan begitu mantap. Dengan aksen kentalnya, Daniel Bruhl berhasil memberi nyawa pada karakternya, sekaligus menghidupkan chemistry frenemy-nya dengan Chris Hemsworth yang flamboyan. Tak berhenti di situ, setiap racing sequencesmampu dieksekusi dengan penuh hentakan ketegangan yang tertata baik setiap menitnya. Rush adalah rivalitas manis yang menawarkan banyak ketegangan dan keseruan luar biasa, sebuah biopik yang tak hanya mampu menggali setiap karakternya dengan baik, namun juga membawa setiap penonton pada sebuah jalinan antar karakter yang terikat kokoh. Dengan Rush yang extremely lovable and well-executed inijangan pernah Anda ragukan kualitas seorang Ron Howard.


#22. Star Trek Into Darkness | Directed by J.J. Abrams | Written by Roberto Orci, Alex Kurtzman, and Damon Lindelof
Seri Star Trek kembali menunjukkan taringnya. Selepas Star Trek yang memukau, kini Star Trek Into Darkness kembali dengan hasil yang tak kalah memukaunya. Masih dengan skrip yang tertata baik, kini Spock mendapat sorotan lebih berkat kesempatannya untuk menunjukkan sisi emosionalnya, selagi membangun persahabatan manis dengan sang Kapten Kirk. Selepas semua itu, ternyata Star Trek masih belum kehilangan 'gigitannya'. Ditambah dengan Cumberbatch yang sesak akan pesona tak terbantahkan, visual yang tak usah dipertanyakan lagi, serta sekuen aksi yang penuh suntikan adrenalin, ini adalah contoh sekuel yang mampu tampil dengan cerdas sekaligus menghibur. Dan, ya, kita juga harus bersyukur, karena pada akhirnya, Star Trek Into Darkness ternyata tak membawa franchise ini ke dalam 'kegelapan' seperti judulnya.


#21. The Hunger Games: Catching Fire | Directed by Francis Lawrence | Written by Simon Beaufoy and Michael Arndt
Oke, di luar sebanyak apa 'inspirasi' film serta novel asalnya ini dari film asal Jepang, Battle Royale, seri pertamanya memang sangat menghibur. Seri kedua, kini ia memberi kejutan. Hadir dengan penceritaan yang lebih dewasa sekaligus matang, sekuel ini mampu memberi karakter yang lebih tereksplorasi, departemen akting yang lebih memukau, serta dengan drama yang lebih humanis plus kisah cinta segitiganya, walaupun ada beberapa bagian yang telah kita lihat sebelumnya di seri pertamanya. Di tengah ritme penceritaan yang lebih lambat dan kelam dibanding pendahulunya, Jennifer Lawrence kembali menunjukkan talentanya yang luar biasa sebagai heroin yang dipuja-puja. Sebuah perpaduan antara drama berbalut satir pemberontakan terhadap penguasa, action-packed, serta science fiction, jelas sudah, ini adalah pencapaian luar biasa jika dibandingkan pendahulunya.

#20. Frances Ha | Directed by Noah Baumbach | Written by Noah Baumbach and Greta Gerwig
Naratifnya yang penuh tikungan tajam mungkin berpotensi untuk membingungkan, namun dengan kesederhanaan dan keluguannya, Frances Ha rupanya mampu menjadi salah satu film terbaik tahun ini. Menceritakan sisi lain dari kehidupan New York yang jauh dari kesan glamor, Greta Gerwig tak hanya berhasil di naskah yang ia tulis, tapi sebagai Frances yang konyol, awkwarddan penuh kemalangan, rasanya tak ada yang mampu melakukan hal tersebut lebih baik darinya. Dengan banyak pengaruh Woody Allen, Frances Ha tampil unik dengan usahanya yang berhasil menjadi tontonan kocak nan sederhana, tanpa pernah berusaha terlalu keras untuk menjadi kocak. Tak banyak macam-macam, Frances Ha adalah drama komedi penuh kehangatan yang dibungkus dalam kesederhanaan, dan di saat yang sama, mampu membawa aroma nostalgia yang menyenangkan. 


#19. Fruitvale Station | Directed by Ryan Coogler | Written by Ryan Coogler
Kalau anda tanyakan orang-orang momen terbaik dalam film apa saja di tahun 2013 ini, maka hampir dapat dipastikan, adegan penembakan Oscar Grant akan menjadi salah satunya. Bukan hanya karena para cast yang mampu memanfaatkan setiap detik dengan begitu baik, tapi juga karena tangan Ryan Coogler yang dengan cerdas memompa setiap ketegangan ke batas maksimal. Tapi, bukan berarti itu satu-satunya momen yang mampu mengangkat Fruitvale Station. Dari awal hingga akhir, Fruitvale Station mampu menceritakan setiap detiknya yang berharga dengan mulus. Ditambah trio aktingnya yang bersinar: Michael B. Jordan yang menghidupkan kemali Oscar yang tough sekaligus gentle, Melonie Diaz yang membangun chemistrykokohnya dengan Jordan, serta Octavia Spencer yang mampu memaksimalkan kehangatannya walau dengan durasi yang tak banyak. Sebuah 'rekonstruksi adegan' yang lebih dari sekedar mengulang apa yang telah terjadi, sebaliknya memilih untuk kembali menghidupkan kembali momen-momen tersebut dengan penuh kejujuran.

#18. Prisoners | Directed by | Written by Denis Villeneuve | Written by Aaron Guzikowski
Di antara banyaknya drama yang menghiasi 2013, Prisoners adalah salah satunya yang bersinar terang. Meninggalkan setiap penonton pada labirin konflik kompleks penuh tanda tanya di antara manusia-manusia 'tak berdosa',Prisoners membawa segala tema besar tentang dendam, dilema, keputusasaan, hingga kebobrokan moral ke sebuah perjalanan menegangkan bertabur kepingan puzzle yang berteriak untuk dipecahkan. Di jajaran cast-nya, Hugh Jackman tampil bersahaja sekaligus emosional, sementara Jake Gyllenhaal hadir sebagai sang badass. Dengan membawa sedikit aroma The Vanishing yang begitu sesak akan ketragisannya, Prisoners adalah sebuah 'petualangan' emosional betabur injeksi ketegangan yang sama sekali tak melelahkan di 2 jam lebih durasinya,


#17. All is Lost | Directed by J.C. Chandor | Written by J.C. Chandor
Life of Pi? Well, mungkin punya beberapa elemen mirip, namun jelas keduanya berbeda. Tak ada Richard Parker, setumpuk pisang yang mengapung, hingga pulau penuh meerkat. Yang ada, hanyalah Robert Redford yang hampir tak pernah berbicara, dan... lautan yang terhampar luas. Bermodal dialog dan monolognya yang kalau dihitung-hitung bahkan tak mencapai 45 baris dalam durasi 100 menitnya, All is Lost hidup berkat pengarahan penuh tensi dan hati dari J.C. Chandor serta penampilan Robert Redford yang menakjubkan. All is Lost adalah ketika semuanya hilang, hingga yang tersisa adalah jiwa untuk terus hidup, dan Redrofd berhasil untuk itu. Sunyi, sederhana, namun penuh nyawa, All is Lost adalah potret sempurna tentang jiwa setiap manusia.


#16. American Hustle | Directed by David O. Russel | Written by Eric Singer and David O. Russel
Diringi naskah berujung twist serta arahan David O. Russel, American Hustle melangkah dengan penuh percaya diri. Tapi, tetap saja, hal yang paling menarik hati adalah castnya yang begitu kuat. Christian Bale mampu menyajikan penampilan luar biasa plus satu lagi perubahan tubuh drastisnya. Sementara Bradley Cooper mampu membuktikan talentanya sekali lagi, tapi para pencuri scene ada di tangan sang 2 wanita, Amy Adams dan Jennifer Lawrence. Amy Adams, as usual, kembali memukau siapa saja lewat perannya sebagai penipu sensual dan Jennifer Lawrence, meski memerankan peran yang mengingatkan kita akan perannya dalam Silver Linings Playbook, ia tetap menakjubkan dengan peran penuh dialog witty ini. Sebagai sebuah film, ia memaparkan perjalanan manusia yang mendalam pada setiap karakternya, dan sebagai sebuah hiburan, ini adalah 138 menit penuh kekocakan yang energetic dan menyenangkan!


#15. Side Effects | Directed by Steven Soderbergh | Written by Scott Z. Burns
Dilihat dari bagaimana Steven Soderbergh mengemas Side Effects, memang banyak mengingatkan siapa saja terhadap film medical disaster-nya, Contagion. Namun, Side Effects jelas bukanlah Contagion. Dibanding Contagion yang lebih tenang, Side Effects adalah thriller psikologis yang lebih intens. Dengan lapisan-lapisan yang mampu ditata Soderbergh dengan sangat cerdas yang diisi pula oleh sentuhan kental a la Hitchcock, ini adalah sebuah bom waktu yang mampu memuntahkan segala misteri dan kejutan-kejutannya yang pintar dan kapan saja bisa mengelabui anda. Di lini depan, Rooney Mara tampil hebat, menambahkan satu lagi salah satu penampilan terbaik dalam filmografinya, bersamaan dengan performa baik yang juga ditunjukkan oleh Catherine Zeta-Jones, Jude Law, juga Channing Tatum. Penuh pompaan kejutan dan intensitas serta pendekatan psikologis maksimal, Side Effectskembali hadir sebagai salah satu karya terbaik Steven Soderbergh.

 #14. The Wolf of Wall Street | Directed by Martin Scorsese | Written by Terence Winter
Jadi, apa yang dilakukan Martin Scorsese setelah drama keluarga Hugo? Sebuah biografi nakal nan provokatif inilah jawabannya. Ya, memang sangat berbanding terbalik dengan yang ia lakukan sebelumnya, tapi Scorsese memang tak akan pernah bisa berhenti mengejutkan orang. Scorsese lagi-lagi memilih DiCaprio, dan ternyata merupakan keputusan tepat. DiCaprio, dengan kharisma besarnya, adalah seorang maniak sembrono dan penuh kedinamisan, terlebih ia dipasangkan dengan Jonah Hill yang tanpa disangka mampu membangun chemistry bromance yang hangat nan kocak. Naskahnya hadir dengan sentilan-sentilan humor dan dialog-dialog tajam dengan 'bungkus' budaya hedonisme yang melimpah-ruah, sementara Scorsese berhasil mengemasnya menjadi sebuah rollercoaster penuh tawa, infeksius, serta penuh menit-menit eksplosif. Dengan 3 jam durasinya, The Wolf of Wall Street mungkin akan lebih baik lagi jika lebih ringkas dalam bercerita, namun selama 3 jam itu pula, siapapun tak bisa menolak pesonanya.



#13. Blue Jasmine | Directed by Woody Allen | Written by Woody Allen
Di luar raihan 4 Oscarnya, Woody Allen sebenarnya merupakan sineas yang tak selalu konsisten dalam perjalanan karirnya. And, thank God, kali ini Blue Jasmine tak termasuk dalam salah satu karya inkonsistennya, bahkan jauh dari kata itu. Dengan kisah sederhananya, Blue Jasmine terbangun berkat naskahnya yang ditulis dengan sangat baik. Menitikberatkan masa-masa midlife crisis secara non-linear dengan sentuhan humor di sana-sini, Blue Jasmine adalah studi karakter luar biasa, yang diisi oleh cast berkualitas dan mampu dengan kokoh diarahkan oleh Woody Allen. Tapi, dari semua cast, Cate Blanchett lah yang paling bersinar. Dengan peran kompleksnya ini, ia mampu membuat dirinya dibenci, sekaligus dicintai. Penuh kebingungan dengan jiwanya yang labil, Blanchett menyajikan no-one-can-beat-her performance. Well, watch out, ladies, because Ms. Blanchett is coming to get her 2nd Oscar!

#12. The Spectacular Now | Directed by James Ponsoldt | Written by Scott Neustadter and Michael H. Weber 
Apa definisi kata 'spektakuler' bagi Anda? Box-oofice berlimaph efek visual? Boleh jadi, tapi itu jelas bukanlah apa yang akan kita lihat dalam The Spectacular Now. Hanya dengan membaca sinopsisnya, pasti semua sudah dapat menerka film jenis apa ini. Tapi, jangan terlalu percaya diri dulu. Dengan tema romansa coming-of-age-nya, nyatanya The Spectacular mampu membawa angin baru dalam hal pengemasannya. Ya, jelas ini bukan film tipikal yang menawarkan kisah cinta tipikal. Sebaliknya, dibalik karakternya yang bergelimpahan remaja, The Spectacular Now membawa penonton pada sebuah kisah cinta dengan tone yang lebih gelap, plus segenap pembangunan karakter matang dan konflik yang lebih berliku, dihiasi oleh chemistry kokoh Shailene Woodley dan Miles Teller. Sebuah kisah cinta tentang remaja goyah yang disajikan dengan penuh kematangan, The Spectacular Now nyatanya memang sespektakuler judulnya.

#11. Captain Phillips | Directed by Paul Greengrass | Written by Billy Ray
Ya, Captain Phillips adalah Argo-nya tahun ini. Dua-duanya didasari dari kisah nyata dan keduanya juga merupakan mesin pemacu adrenalin yang lincah nan efektif. Mungkin naskahnya tak penuh dialog witty tajam seperti Argo, tapi dengan pembawaanya yang lebih serius, Captain Phillips juga mampu bersinar. Sepanjang durasinya, Paul Greengrass terus menerus menyuntikkan ketegangan yang tak berujung dan mempertahankan tensi yang terbangun dengan hasil yang begitu baik, mampu membuat siapa pun tak akan mampu duduk di kursi dengan penuh ketenangan. Dengan pemimpinnya, Tom Hanks sebagai Kapten Phillips yang muncul sebagai ikon heroik dan Barkhad Abdi sebagai bajak laut Somalia yang menyimpan kegarangan di balik fisiknya, Captain Phillips menjelma menjadi sebuah thriller yang sangat sukses dalam setiap level ketegangannya.

#10. Dallas Buyers Club | Directed by Jean-Marc Vallée | Written by Craig Borten  and Melisa Wallack
Diambil dari kisah nyata seorang pengidap AIDS, Ron Woodroof, Dallas Buyers Club hadir dengan naskah dan arahan kokohnya yang mampu menceritakan setiap potongan kisah hebatnya dengan baik dan tulus, yang diisi oleh karakter-karakter simpatetik dan sentuhan dialog-dialog bernuansa komedi di tengah temanya yang berat. Dengan salah satu ensemble castterbaik tahun ini, McConaughey hadir karismatik dengan postur tubuh meyakinkan, menampilkan salah satu penampilan terpenting sepanjang karirnya. Sementara itu, Jared Leto adalah wujud scene stealer sejati, yang berhasil total dalam mengubah dirinya menjadi seorang wanita transgender pengidap AIDS. Berkharisma luar biasa, Dallas Buyers Club adalah sebuah biopik yang solid dari setiap sudut yang mengangkat kisah memikat tentang perjuangan hidup dengan kemasan penuh kehidupan.


#9. The Past/Le Passé | Directed by Asghar Farhadi | Written by Asghar Farhadi
Walaupun masih 'turun kelas' dibandingkan A Separation (kalau begitu, bayangkan sebagus apa A Separation), The Past tetaplah sebuah human drama menakjubkan dari segala sisi. Ada nama Berenice Bejo di lini depan, yang walaupun hadir sebagai pengganti Marion Cotillard, ia berhasil mengalahkan ekspektasi yang dihadapkan padanya, dengan membawa sebuah performa kompleks yang dibawakan sepenuh hati. Naskah kompleksnya begitu nyata, ditulis dengan kesederhanaan, datang dari kehidupan manusia biasa yang berkembang menjadi konflik-konflik rumit yang terjadi di antara karakter-karakter yang berkembang baik. Asghar Farhadi, dengan segala kemampuan dan kesabarannya, juga sukses menghidupakan kisah manusia ini dengan misteri yang kian menit makin menjadi. Dibangun dengan lapisan-lapisan yang setiap levelnya mampu mengungkapkan kisah meyakinkan tentang lika-liku kehidupan manusia, The Past hadir sebagai suatu persona kompleksitas moral manusia yang mempesona.


#8. Blue is the Warmest Color/La vie d'Adèle | Directed by Abdellatif Kechiche | Written by Abdellatif Kechiche and Ghalia Lacroix
Bagi kebanyakan orang, cinta itu mungkin berwarna merah, atau mungkin merah muda, namun bagi film pemenang Palme d'Or ini, cinta itu berwarna biru. Cinta mungkin merupakan hal paling sering diangkat untuk menjadi film. Tapi, film ini mengambil jalur berbeda. Dengan mengangkat kisah cinta lesbian, Blue is the Warmest Color menawarkan studi karakter luar biasa dalam kedua karakter utamanya. Karakternya terbangun dari rangkaian dialog yang sederhana serta naskah yang membumi namun menakjubkannya. Dengan mengeksplorasi dunia LGBT dengan baik, Blue is the Warmest Color adalah sebuah 'anthem' bagi kaum 'terpinggirkan', sebuah nyanyian yang penuh rasa cinta unik berbumbu asam garam kehidupan, dan semua itu mampu diungkapkan dengan penuh nyawa.


#7. Her | Directed by Spike Jonze | Written by Spike Jonze
Her boleh jadi merupakan film paling unik tahun ini.  Dengan romansa yang melimpah, Spike Jonze mencoba meramunya dengan sentuhan-sentuhan fiksi sains cerdas. Hasilnya? Sebuah citra memikat berisi pemikiran akan sebuah interaksi sosial dalam masa modern. Dibalut oleh visual halus nan manis, Spike Jonze membawa kita ke sebuah kisah cinta yang mungkin terlihat aneh, namun anehnya pula, hal itu lah yang mampu menghipnotis penonton. Tanpa pernah mempertontonkan wajahnya, Scarlett Johannson mampu membuat siapapun merasa nyaman hanya dengan mendengar suaranya. Di sisi lain, ia juga membangun sebuah jalinan erat dengan Joaquin Phonix yang tampil manis sebagai potret manusia yang terperangkap dalam batas abu-abu teknologi dan penciptanya. Di tengah komedi romantis yang makin hari muncul dengan kisah basi dan penuh klise, Her tampil dengan percaya diri. Dengan kisah cintanya yang istimewa, yang tanpa sadar telah menyentil pola interaksi sosial manusia saat ini, Her melangkah gemilang dengan imaginasinya yang tak terbatas.


#6. Stories We Tell | Directed by Sarah Polley | Written by Sarah Polley and Michael Polley
Setiap manusia memilik gift yang mungkin tak pernah disadari, namun sebenarnya selalu digunakan setiap waktu: memori. Mengambil hal ini, sutradrara, penulis, sekaligus aktris asal Kanada, Sarah Polley memutuskan untuk membuat sebuah dokumenter mengenai rahasia keluarganya. Memulai semua dari kisah mendiang ibunya, kisahnya mulai melebar dan membuka rentetan kejutannya dengan perlahan. Hanya dengan memori yang diungkapkan setiap anggota keluarganya, Polley berhasil menunjukkan bagaimana kekuatan sebuah memori dapat menjadi suatu hal penuh kejutan tak terduga, menyentuh setiap hati, bahkan hingga mempengaruhi kehidupan setiap manusia. Bagaikan terperangkap dalam sebuah labirin tak berujung,Stories We Tell mengajak siapa saja berkelanan ke dalam sebuah misteri pelik dengan begitu sederhana nan elegan. Sebuah dokumenter yang setiap menitnya selalu mengajukan tanda tanya dan misteri baru, bahkan hingga detik sebelum kredit bergulir, Stories We Tell muncul sebagai salah satu dokumenter yang sukses membuat setiap sel otak bekerja hanya dengan mendengarkan orang-orang yang tak pernah berhenti berbicara.

#5. Before Midnight | Directed by Richard Linklater | Written by Richard Linklater, Julie Delpy,  and Ethan Hawke
Setelah selama 9 tahun tak terdengar kelanjutan kisah cinta Jesse dan Celeste, duo ini kembali ke layar perak. Konsep uniknya yang ditawarkan kedua film sebelumnya, jelas tak lekang oleh usia. Masih dengan naskah sederhana nan rapi yang diisi oleh lebih banyak 'kerikil' hidup serta dialog-dialog yang cerdas mengalir alami dan terdengar tanpa kesan scripted sama sekali, Before Midnight terbukti masih dapat hadir dengan kualitas yang tak kalah, bahkan di atas Before Sunrise dan Before Sunset. Ditambah kehangatan yang muncul dari chemistry Julie Deply dan Ethan Hawke, memang tak ada yang lebih menarik ketimbang mendengarkan dua insan ini saling berdialog. Sebuah kemasan unik mengenai perspektif cinta rumit dan berliku yang disampaikan lewat jalan penuh kesederhanaan dan nostalgia,Before Midnight adalah sebuah kekuatan magis yang ampuh dalam menyihir siapapun.

#4. Upstream Color | Directed by Shane Carruth | Written by Shane Carruth
Shane Carruth bukanlah sineas yang produktif, tidak sama sekali. Namun, ketika ia kembali berkarya, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ya, lewat Upstream Color, Shane Carruth kembali menunjukkan talentanya yang 'kurang ajar'. Meleburkan berbagai unsur drama, misteri, fiksi-sains, hingga romansa ke dalamnya, Carruth sukses meracik sebuah karya eksperimental yang dibungkus luar biasa dengan visual cantik, bahasa tubuh menawan, dan musik yang penuh nyawa, tak ketinggalan pula dengan Amy Seimetz yang tak pernah redup sinarnya sepanjang film. Kumpulan potonganpuzzle dengan pengarahan hidup serta penulisan tanpa cela yang penuh sentuhan imaginatif, surrealisme, serta kreativitas, Upstream Color adalah salah satu contoh kegemilangan dalam segala sisi yang walaupun tidaklah mudah untuk dinikmati, namun menawarkan pengalaman sinematik tak terlupakan.

#3. The Act of Killing | Directed by Joshua Oppenheime, Anonymous, and Christine Cynn
Jujur, documentary isn't really my thing, tapi The Act of Killing mampu mengubah pandangan saya itu. Lewat sebuah rekonstruksi salah satu peristiwa besar dalam sejarah kelam Indonesia tentang pembunuhan masal para pengikut komunis, The Act of Killing membawa kita ke sebuah perjalanan mengerikan, both physichally and emotionally. Tak seperti rekonstruksi adegan dalam dokumenter lain yang biasanya diperankan oleh aktor, maka di sini, semuanya diperankan oleh sang pembunuh sendiri. Bagian terbaiknya? Mereka tak pernah malu bahkan dengan bangga menceritakan semuanya, yang mampu membuat The Act of Killing menjadi film yang sama sekali tak nyaman untuk dilihat hanya dengan mendengarkan mereka berbicara, sekalipun tak pernah ada darah yang benar-benar terkucur di dalamnya. Memanfaatkan imajinasi manusia sendiri untuk membangun setiap 'rekonstruksi' adegan, The Act of Killing adalah sebuah dokumenter yang efektif, affecting, sukses dalam mempertanyakan sebuah misteri kelabu masa lalu, sekaligus mempertanyakan moral setiap manusia.

#2. 12 Years a Slave | Directed by Steve McQueen | Written by John Ridley 
12 Years a Slave boleh dibilang merupakan wujud penyesalan atas apa yang terjadi pada masa lalu suatu bangsa. Tapi, semua itu bisa berantakan jika bukan seorang Steve McQueen yang menangani karya ini. Beruntung, hal itu tak terjadi. Secara visual, sinematografinya apiknya secara sempurna menangkap setiap kekejaman yang terjadi. Setiap cambukan, leher yang terjerat tali di pepohonan, luka yang terang-terangan diekspos, hingga botol wiski yang melayang, mampu membuat para penonton mengernyitkan dahi sekaligus merasakan kebrutalan dengan mendalam, bukan hanya secara fisik, namun secara jiwa, 12 Years a Slave mampu mempermainkan emosi dengan teramat baik. Cast-nya yang dipenuhi talenta luar biasa mampu hidup, membawa film ini ke level yang lebih tinggi lagi. Ejiofor adalah bintang sepanjang film, Fassbender adalah monster yang mampu 'mematikan' orang hanya dengan tatapan dinginnya sedangkan Nyong'o sanggup membuat siapapun tersentuh hanya karena sebatang sabun. Emotionally raw dan brutally terrifying12 Years a Slave memang sama sekali tak nyaman untuk dilihat, dan mungkin pula bukanlah tipe film yang akan anda tonton berkali-kali, tapi sekali anda menontonnya, anda tak akan pernah dapat melupakannya.


#1. Gravity | Directed by Alfonso Cuaron | Written by Alfonso Cuaron adna Jonas Cuaron 
Luar angkasa adalah predator dari segala predator. Kosong dan tak berdinding, namun ia punya kekuatan yang bahkan dapat membuat predator terkuat di bumi hancur berkeping-keping, dan itulah yang anda lihat dari Gravity. Memang tak ada yang mampu mendeskripsikan kata 'breathtaking' sesempurna Gravity, baik secara harfiah maupun istilah. Dengan luapan tensi berkobar-kobar tanpa henti yang sanggup membuat siapapun mencengkram kursi sekuat-kuatnya bahkan hingga mengalami 'asma' sesaat sepanjang film, ia tetap sukses mengemasnya dengan 'bungkus' anggun nan cantik.  Balutan sinematografi, musik, dan efek visualnya yang revolusioner bukan penyedap lagi, melainkan berubah fungsi menjadi nyawa yang amat vital. Sementara itu, Bullock hadir dengan ketakutan nyata, menjadi penentu kesuksesan perjalanan emosional seorang manusia yang menolak untuk mengalah, lebih dari sekedar kisah 'survival'. Di tangan Cuaron, Gravity bukan lagi berperan sebagai mesin teror belaka, tapi juga penyebar harapan hidup dan perjalanan manusia menaklukan ketakutannya sendiri yang dibungkus dengan visual maha indah, yang melahirkan salah satu pengalaman sinematik terpenting dalam sejarah perfilman dunia. Dan karena semua itulah, karya super ambisius ini layak untuk dapat berdiri di tempat ini.


15 comments:

  1. proses cepat, minimal hanya 50rb, gabung dan menangkan puluhan dan ratusan juta rupiah jika beruntung, untuk lebih jelas hubungin 7.A.C.D.8.5.6.0

    ReplyDelete
  2. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo gabung di fanspoker
    ditunggu apa lagi mari segera bergabung dengan kami ya ^^

    ReplyDelete
  3. b0la, c4sin0, CMDbet, tangkas, sabung 4yam, dll hanya di F*a*n*s*B*E*T*T*I*N*G yukk buruan.. :)

    ReplyDelete
  4. Selamat Pagi semua nya DEWALOTTO kini lebih lengkap dengan ada games TOGEL, BATU GONCANG, POKER, TEMBAK IKAN dan sebagainya lagi wahhh seru lo ini dengan 1userid saja kita sudah bisa bermain semua permainan disini lohh modal 20rb saja kita sudah bisa mencoba peruntungan disini jadi tunggu apa lagi yuk segera bergabung bersama kami ya proses mudah dan cepat kami sajikan untuk anda semuanya silahkan untuk info lebih jelas pin 7BF59345 di add ya..

    ReplyDelete
  5. Hai semua ada games baru di ARENADOMINO nih Games SAKONG yuk segera daftar dan bermain bersama kami disini BONUS ROLLINGAN 0,5 % dan BONUS REFFERAL 20 % untuk anda semua dengan 7 permainan yang tersedia di sini dan juga permainan fair play untuk anda semua so tunggu apa lagi yuk langsung saja bermain bersama kami disini ARENADOMINO tempat bermain POKER yang sangat seru dan dijamin proses paling cepat yukk.. pin bb : D8EBAA7C

    ReplyDelete
  6. Untuk mempermudah kamu bermain guys ajoqq menghadirkan 7 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di ajoqq,,, Pin BB: 58cd292c

    ReplyDelete
  7. ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
    pin bb#58ab14

    ReplyDelete
  8. Untuk mempermudah kamu bermain guys ajoqq menghadirkan 7 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di ajoqq,,, Pin BB: 58cd292c

    ReplyDelete
  9. ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
    pin bb#58ab14

    ReplyDelete

  10. pin BB : 58ab14f5 , di add ya...
    dijamin seru dan menghasilkan | IONQQ.

    ReplyDelete

  11. I0nQQ*C0m
    agen terbesar dan terpercaya di indonesia
    segera daftar dan bergabung bersama kami.

    ReplyDelete
  12. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "

    ReplyDelete
  13. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete
  14. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    ReplyDelete
  15. binggung mau ngapain??
    ayo gabung langsung di ionqq/c/0/m
    menangkan hadiahnya hingga ratusan juta rupiah
    p1n bb:*58ab14f5*

    ReplyDelete